KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 3.1, PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Assalamualaikum
Wr.Wb
Mengikuti
kegiatan Pendidikan Guru Penggerak dari mulai Modul 1.1. tentang Filosofi
Pendidikan KHD hingga modul 3.1. tentang Pengambilan Keputusan berdasarkan
Nilai-nilai Kebajikan, sebagai CGP Angkatan 6 Kota Bima NTB, saya Wieduri
Yulianti, telah mendapat banyak sekali pemahaman baru tentang bagaimana
seharusnya seorang guru bertindak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik dalam dunia Pendidikan Indonesia untuk menghasilkan
Pelajar Pancasila. Banyak hal-hal positif yang saya dapatkan dalam program PGP
ini, yang akan menjadi bekal bagi saya dalam berbagi kepada rekan sejawat di
lingkungan sekolah, dalam komunitas, maupun rekan guru di seluruh Indonesia
untuk berkembang bersama.
Sebelum
saya menguraikan pemahaman saya tentang “Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin”, mari kita renungkan bersama
kalimat bijak dari Bob Talbert berikut ini :
“Teaching
kids to count is fine, but teaching them what counts is best”
“Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik”
Dari
kalimat tersebut, kita dapat memahami dengan jelas bahwa Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu proses yang sistematis dan terencana, Pendidikan bukan
hanya mengajarkan peserta didik tentang suatu teori, namun juga bagaimana semua
teori tersebut dapat diimplementasikan menjadi bagian dari perilaku dan
karakter mereka sebagai manusia seutuhnya untuk dapat mencapai kebahagiaan dan
keselamatan hidup yang setinggi-tingginya.
Sebagai
seorang pendidik, berarti kita harus siap dan mampu menjadi role mode
bagi peserta didik dan linkungan sekitar kita baik dalam perkataan maupun tindakan,
yang tercermin di dalam kehidupan keseharian kita. Kontribusi terbesar seorang
pendidik bagi peserta didiknya adalah dengan mengambil keputusan yang berpihak
pada peserta didik dengan berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan dan dapat
di perbertanggungjawabkan. Kemampuan seorang guru dalam merancang suatu proses
pembelajaran yang sesuai kebutuhan setiap peserta didiknya menjadi kunci dalam
mewujudkan peserta didik yang berilmu, berbudaya, dan memiliki budi pekerti
luhur.
Hal
ini sejalan dengan pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel, yaitu :
“Education
is the art of making man ethical”
“Pendidikan
adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.”
Setelah
memahmi kedua kalimat bijak tersebut, berikut adalah pemahaman saya mengenai materi
pembelajaran pada modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai
Kebajikan Sebagai Pemimpin :
Kaitan antara Filosofi Ki Hadjar
Dewantara dengan Patrap Triloka dengan Penerapan Pengambilan Keputusan sebagai
Seorang Pemimpin
Dalam
patrap triloka, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani, dijabarkan bagaimana seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus mampu memberi teladan, memberikan bimbingan, semangat, dan motivasi,
serta dorongan untuk kemajuan peserta didiknya. Dalam hal ini menunjukkan bahwa
guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa mengedepankan keberpihakan kepada
peserta didik dalam mengambil suatu keputusan, mempertimbangkan nilai-nilai
kebajikan, dan dapat mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil. Hal
ini pun harus senantiasa tercermin dalam perilaku keseharian guru, karena guru
merupakan role mode bagi peserta didik.
Pengaruh Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan
Sebagai
seorang pendidik kita memiliki nilai-nilai kebijakan yang tertanam dalam diri
kita sebagai bentuk integritas diri kita sebagai mahluk sosial yang berbudaya.
Nilai-nilai tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mewarnai setiap
keputusan yang kita ambil karena nilai-nilai tersebut merupakan acuan dasar
dalam proses berpikir yang kita lakukan, Dengan nilai-nilai tersebut kita dapat
memilah prinsip apa yang akan kita pergunakan ketika mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan keberpihakan terbesar pada peserta didik serta etika moral
yang akan kita pertagungjawabkan.
Keterkaitan materi pengambilan keputusan
dengan kegiatan coaching oleh pendamping dan fasilitator dalam pengujian
pengambilan keputusan
Keterampilan
coaching merupakan keterampilan untuk menggali potensi seseorang
sehingga orang tersebut dapat memecahkan masalahan yang dihadapinya. seorang
guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki keterampilan coaching,
karena ompetensi inti coaching seperti kehadiran penuh, mendengarkan
aktif, dapat membantu seorang pemimpin pembelajaran untuk memahami secara mendalam
kasus yang menjadi dilema sehingga dalam mengambil keputusan, ia melakukan
analaisa yang tepat untuk menghasilkan suatu keputusan yang bertanggung jawab.
Kegiatan
coaching yang dilakukan baik oleh pendamping maupun fasilitator selama
proses pembelajaran, sukup efektif dalam melatih saya melakukan evaluasi
terhadap pilihan yang saya buat dan membantu membentuk pemahaman tentang
pengujian yang dilakukan sebelum melakukan pengambilam keputusan. Praktek coaching
memberikan gambaran secara utuh bagaimana nilai-nilai kebajikan menjadi
lantasan berpikir ketika mengambil suatu keputusan yang berpihak pada peserta
didik sehingga tercipta budaya positif di lingkungan sekolah. Dengan coaching,
guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat membantu coachee (peserta didik
maupun rekan guru lainnya) menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya,
memaksimalkan potensi mereka dalam mengambil keputusan yang tepat secara moral
dan etika.
Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial-emosional nya terhadap pengambilan keputusan dalam
masalah dilemma etika
Kemampuan
seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional nya
berpengaruh kuat terhadap bagaimana guru tersebut berpikir untuk mengambil
keputusan ketika dihadapkan pada dilemma etika. Keterampilan seorang guru dalam
mengelola aspek sosial emosional nya menjadikan guru sebagai pendidik yang
dapat mengambil sebuah keputusan secara sadar (mindfulness), dengan
demikian keputusan tersebut merupakan keputusan yang dapat
dipertanggungkawabkan.
Rasa
empati yang berlebihan ataupun fanatisme terhadap aturan, akan mengaburkan
penilaian seorang guru dalam mempertimbangkan kebenaran dari masing-masing nilai kebijakan yang ada serta
mengukur nilai keberpihakannya terhadap peserta didik. Keseimbangan antara
kesadaran diri, kesadaran sosial, dan manajemen diri seorang guru akan mampu
membantu guru dalam menetapakan prinsip dan paradigma yang sesuai untuk setiap
kasus dilemma etika yang dihadapi.
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
dalam pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika
Seorang
pemimpin pembelajaran harus mampu menilai setiap kasus atau permasalahan yang
dihadapi, apakah masalah tersebut merupakan suatu dilema etika, atau suatu
bujukan moral. Ketika seorang pendidikan melakukan pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral dan etika, maka nilai-nilai yang ada pada dirinya akan
semakin menguat dan terasah, sehingga ketika dihadapkan pada dilema etika, ia
memiliki ketajaman analisa dalam penetapan paradigma dilema etika dan keakuratan
dalam penggunaan prisip resolusi untuk penyelesaian dilema, yang berdasarkan
pada 3 unsur, yaitu : berpihak pada peserta didik, berdasarkan nilai-nilai kebajikan
universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang timbul,
sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan relevan.
Pengambilan keputusan yang tepat untuk
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman
Setiap
keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran tentu akan berdampak
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Keputusan yang
tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.
Agar
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka sebelum
suatu keputusan diambil, hendaknya mengenali dan mamahami karakteristik dari
permasalahan yang dihadapi, lalu memngukur seberapa besar nilai-nilai kebajikan
yang menjadi dilema tersebut berpihak pada peserta didik, kemudian gunakan
prinsip etika moral dan sosial untuk melihat konsekuensi yang harus
dipertanggungjawabkan ketika keputusan tersebut diambil. Dengan memeprhatikan
hal-hal tersebut, maka kita dapat mengambil keputusan yang tepat.
Tantangan-tantangan di lingkungan dalam menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika, dan kaitannya dengan
perubahan paradogma di lingkungan
Tantangan
terbesar adalah bagaimana memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat
terhadap keputusan yang diambil, karena setiap keputusan memiliki nilai pro dan
kontra pada lingkungan. Tantangan akan semakin kompleks seiring dengan
perubahan paradigma yang berkembang di lingkungan masyarakat. Keputusan yang
awalnya merupakan solusi terbaik akan dipertanyakan, dan sebaliknya keputusan
yang kontradiksi akan menjadi keputusan terbaik, ketika paradigma berpikir
masyarakat mengalami perubahan. Namun demikian selama lingkungan mengalami
perkembangan, perubahan akan selalu terjadi, dan setiap keputusan yang sudah di
tetapkan sebelumnya, harus senantiasa direfleksi, disesuaikan kembali dengan
prinsip-prinsip yang yang berkembang di lingkungan masyarakat.
Pengaruh pengambilan keputusan dengan
pengajaran yang memerdekakan peserta didik dan memutuskan pembelajaran yang
tepat untuk potensi peserta didik yang berbeda-beda
Pengambilan
keputusan dengan pengajaran yang memerdekakan peserta didik tergambar dalam
konsep merdeka belajar, dimana peserta didik memiliki kebebsan untuk mencapai
kesuksesan dan kebahagian sesuai minat dan potensi nya masing-masing tanpa
adanya paksaan maupun tekanan. Ketika seorang guru mengambil suatu keputusan
dengan mengedepankan keberpihakan pada peserta didik, maka guru telah
memerdekanan peserta didiknya dalam belajar. guru berperan sebagai fasilitator
untuk membimbing peserta didik mengembangkan bakad dan minat yang dimilikinya
dengan penuh tanggung jawab.
Guru
memetakan kebutuhan seluruh peserta didiknya untuk dapat merancang proses
pembelajaran yang mengakomodir semua kebutuhan peserta didik. Pembelajaran
berdiferensiasi menjadi salah satu cara yang ditempuh guru untuk memerdekakan peserta
didiknya dan mengimplementasikan pembelajaran sosial-emosional dalam proses
pembelajaran merupakan bentuk pendidikan dalam mengembangkan nilai-nilai moral.
Pengambilan keputusan seorang pemimpin
pembelajaran yang mempengaruhi kehidupan atau masa depan peserta didik-peserta
didiknya
Setiap
keputusan yang diambil seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak kepada peserta didik baik itu
dampak dalam jangka pendek maupun dalam jangka Panjang. Setiap tingkah laku,
perbuatan, perkataan, yang dilakukan seorang guru dalam perannya sebagai “role mode” akan menjadi acuan bagi peserta
didik ketika mereka terjun dalam lingkungan masyarakat saat ini dan di masa
mendatang.
Dengan
demikian maka hendaknya seorang pemimpin pembelajaran menerapkan sebilan
Langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebelum menetapkan keputusan yang
tepat, benar, dan bijak.
Kesimpulan akhir keterkaitan pembelajaran
materi modul 3.1 dengan materi pada modul-modul sebelumnya
Pengambilan
keputusan merupakan suatu skill (keterampilan) seorang guru sebagai
pemimpin pembelajaran yang dalam pengimplementasiannya tidak lepas dari filosofi
Ki Hadjar Dewantara.
Keputusan
yang diambil guru secara sadar akan mewarnai pola pikir dan karakter peserta
didik, karena setiap keputusan guru dalam proses pembelajaran dikelas
didasarkan pada keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas dalam membangun budaya
positif di kelas dan di lingkungan sekolah.
Pengambilan
keputusan melalui pengujian dan penggunaan alur BAGJA akan mengantarkan pada
terbentuknya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman (wellbeing).
Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki
kesadaran penuh (mindfulness) dan mampu mengelola kompetensi sosial-emosionalnya
agar dapat membuat keputusan yang tepat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan.
Pemahaman tentang konsep-konsep yang
telah dipelajari dalam modul ini, yaitu : dilemma etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan
Dalam
peran kita sebagai pendidik, ketika menjalankan tupoksi, seringkali menghadapi
suatu situasi dimana terdapat permasalahan yang harus kita selesaikan.
permasalahan tersebut dapat berupa suatu bujukan moral, dimana kita dihadapkan
pada suatu pilihan benar atau salah, dan berupa dilema etika, dimana kita
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama benar namun memeiliki nilai-nilai kebajikan
yang bertentengan.
Dalam
menghadapi dilemma etika terdapat 4 (empat) paradigma yang dapat menjadi landasan berpikir dalam pengambilan keputusan, yaitu :
a.
Individual vs community, paradigma ini
menunjukkan adanya pilihan antara mengedepankan kepentingan individu atau
kepentingan kelompok, kepentingan pribadi atau orang lain
b.
justice vs mercy, paradigma ini memperlihatkan
ketika kita dihadapkan pada pilihan berlaku adil dengan memberikan perlakuan
yang sama kepada semua orang atau memberikan pengecualian dengan alas an kemurahan
hati dan kasih saying (belas kasih)
c.
truth vs loyalty, paradigma ini menunjukan
adanya pilihan untuk mengatakan atau menyampaikan informasi sesuai fakta yang
ada, atau menjunjung kesetiaan dan loyalitas pada profesi, kelompok tertentu,
atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya
d.
short term vs long term, paradigma ini terjadi
ketika harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau
yang terbaik untuk masa yang akan dating
Paradigma
mana yang menjadi landasan kita untuk mengabil suatu keputusan sangat
tergantung pada prinsip berpikir yang kita gunakan untuk mengambil keputusan.
Terdapat
3 (tiga) prinsip resolusi yang dapat kita gunakan sebagai dasar pemikiran dalam
mengambil suatu keputusan, yaitu :
a.
End based thinking, jika kita berpikir berbasis
hasil akhir maka pilihan kita didasari pada keinginan untuk memberikan kebaikan
terbesar untuk orang terbanyak, mengutamakan kepentingan institusi/lembaga
b.
Rule based thinking, berpikir berbasis aturan
mengedepankan prinsip pada tugas dan kewajiban yang harus dijalankan, menjalankan
sesuai peraturan yang berlaku atu yang telah ditetapkan sebelumnya
c.
Care based thinking, pengambilan keputusan berdasarkan
berpikir berbasis rasa peduli berprinsip pada pendidikan etika, menumbuhkan
rasa empati
Apapaun
keputusan yang diambil berdasarkan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
ini adalah benar adanya, namun hendaknya dalam mengambil keputusan tetap
mempertimbangkan 3 (tiga) unsur mendasar dalam pengambilan keputusan, yaitu :
(1) keberpihakan pada peserta didik, (2) berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan
universal, dan (3) bertanggung-jawab terhadap segala konsekuensi yang menyertai
keputusan yang diambil.
Untuk
memastikan keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat, seorang
pemimpin pembelajaran hendaknya melakukan pengujian terhadap keputusan yang
diambil.
Terdapat
9 (Langkah) sistematis yang dapat digunakan untuk melakukan pengambilan dan
pengujian suatu keputusan, yaitu :
a.
mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
pada kasus atau permasalahan yang terjadi
b.
menentukan siapa saja pihak yang terlibat dalam
situasi permasalahan ini
c.
mengumpulkan fakta-fakta relevan dalam situasi
permasalahan ini
d.
melakukan pengujian benar-salah, yang meliputi
uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola)
e.
pengujian paradigma benar lawan benar
f.
melakukan prinsip resolusi
g.
investigasi opsi trilema
h.
membuat keputusan
i.
melakukan refleksi atas keputusan yang dibuat
Ketika
melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil, pemikiran dan paradigma
yang mendasari keputusan tersebut dapat berubah, terutama ketika kita
memikirkan kembali dan mengukur konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul terutama
jika kita kembalikan lagi pada 3 (tiga) unsur pengambilan keputusan, berpihak
pada peserta didik, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan
bertanggung jawab atas segala konsekuensinya.
Penerapan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilemma, dan perbedaannya dengan hal yang
dipelajari dalam modul 3.1
Sebelum
mempelajari modul ini, saya pernah mengalami situasi dilema, dan keputusan yang
saya ambil saat itu berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan bersama (rule
based thinking) dengan mempertimbangkan kebaikan jangka panjang bagi
peserta didik (short term vs long term). Meskipun dalam pengambilan
keputusan tersebut saya telah menggunakan paradigma dan prinsip pengambilan
keputusan, namun tahapan pengambilan dan pengujian keputusan belum dilaksanakan
secara sistematis. Jika saat itu saya telah mempelajari modul 3.1 ini, maka
mungkin akan munsul opsi trilema, pilihan ketiga yang menjadi jalan tengah untuk
kasus dilema etika tersebut.
Dampak mempelajari konsep pengambilan
keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan bagi diri saya, dan perubahan cara
pengambilan keputusan
Dampak
yang saya rasakan adalah perubahan pada paradigma berpikir saya ketika
menghadapi kasus ataupun permasalahan yang terjadi di kelas maupun di
lingkungan sekolah. Pemahaman saya akan suatu keputusan yang tepat tidak lagi
semata-mata pada kesesuaiannya dengan aturan dan regulasi yang berlaku. Keputusan
yang tepat bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah keputusan
yang berpihak pada murid, berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan
bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi yang menyertai keputusan tersebut.
Perubahan
dalam pengambilan keputusan yang saya lakukan adalah aturan tidak lagi menjadi unsur
utama, walaupun tetap menjadi bagian dari pertimbangan, tapi seberapa besar
keputusan tersebut berpihak kepada murid lah yang utama dalam pengambilan
keputusan. Sebelum saya menetapkan keputusan mana yang akan saya abil, saya semaksimal
mungkin melakukan 9 (sembilan) tahapan pengambilan dan pengujian keputusan,
karena bisa jadi dari refleksi yang dilakukan didapatkan pilihan ketiga, pilihan
yang mungkin menjadi pilihan yang tepat dan memuaskan semua pihak yang terlibat
Pentingnya mempelajari topik modul 3.1
sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin.
Baik
sebagai seorang individu maupun seorang pemimpin, mempelajari tentang
pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sangat penting dalam
menjadikan diri kita sebagai manusia yang bermartabat.
Terlepas
dari profesi kita sebagai seorang guru yang merupakan pemimpin pembelajaran,
dalam kehidupan sehari-haripun kita tidak lepas dari permasalahan dilema etika
ini, memahami pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, membantu
dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di lingkungan, baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan sosial kita lainnya. Dengan keterampilan pengambilan
keputusan yang tepat ini, kita menjadikan lingkungan keluarga atau sosial kita menjadi
lebih harmonis.
Sedangkan
dalam profesi kita sebagai pemimpin pembelajaran, keterampilan pengambilan
keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan ini menjadikan, kita sebagai
pendidik yang lebih toleran, yang mampu menciptakan pembelajaran yang
memerdekakan peserta didik, memfasilitasi segala kebutuhan peserta didik , mendorong
pengembangan potensi peserta didik, dan menjadikan pendidikan di sekolah
sebagai sebuah institusi moral, dimana peserta didik akan tumbuh menjadi
pribadi yang berilmu dan berbudaya, sehingga mampu mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan yang setinggi-tingginya
Demikian pemahaman saya tentang pembelajaran
pada Modul 3.1. Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan sebagai
Pemimpin dalam tugas Koneksi Antar Materi. Saya yakin semua ilmu yang saya
pelajari selama proses PGP akan menjadikan saya sebagai seorang pemimpin
pembelajaran dan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, karena proses tidak
pernah mengkhianati hasil.
Semoga pemahaman saya ini menjadikan rekan
guru semu untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan Pendidikan Indonesia. Guru
Bergerak Indonesia Maju.
SALAM DAN BAHAGIA
Kota Bima, 14 Februari 2023
WIEDURI YULIANTI
SMK Negeri 3 Kota Bima
CGP Angkatan 6 Kota Bima NTB
Tulisan yang sangat bagus,bagaimana seharusnya seorang pemimpin mengambil sebuah kebijakan/keputusan dengan mempertimbangkan berbagai hal.Yang pasti endingnya semoga setiap keputusan seorang pemimpin lebih banyak memberikan manfaat bagi peserta didik,guru maupun tenaga kependidikan bukan untuk kalangan tertentu atau komunitas tertentu saja,dengan mempertimbangkan mudhorat yang akan timbul ketika membuat sebuah keputusan.
BalasHapusMasyaAllah, tulisannya sangat memberikan inspirasi dan ini mengingatkan kembali kepada kita sebagai pendidik bahwa setiap keputusan yanng kita ambil akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid-murid kita, sehingga seorang pendidik tidak boleh asal-asalan mengambi kesimpulan, namun harus melalui langkah-langkah yang jelas
BalasHapusModul 3.1 ini memberikan banyak sekali pengetahuan dasar kita sebagai pemimpin, dan tulisan ini mengajak kita untuk merenungi kembali tugas dan tanggung jawab kita sebagai pendidik, baik itu di dalam kelas maupun di lingkungan sekitar kita
BalasHapusMantap sekali kaitan dengan materi pada modul sebelumnya bu wied, terimakasih sudah berbagi ilmu
BalasHapusLuar biasa Bu wid,,,tulisan sangat mudah di pahami,terima kasih sudah berbagi
BalasHapus