Breaking News

Selasa, 14 Februari 2023

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1, PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 

 

Assalamualaikum Wr.Wb

Mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak dari mulai Modul 1.1. tentang Filosofi Pendidikan KHD hingga modul 3.1. tentang Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan, sebagai CGP Angkatan 6 Kota Bima NTB, saya Wieduri Yulianti, telah mendapat banyak sekali pemahaman baru tentang bagaimana seharusnya seorang guru bertindak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik dalam dunia Pendidikan Indonesia untuk menghasilkan Pelajar Pancasila. Banyak hal-hal positif yang saya dapatkan dalam program PGP ini, yang akan menjadi bekal bagi saya dalam berbagi kepada rekan sejawat di lingkungan sekolah, dalam komunitas, maupun rekan guru di seluruh Indonesia untuk berkembang bersama.

 

Sebelum saya menguraikan pemahaman saya tentang Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin, mari kita renungkan bersama kalimat bijak dari Bob Talbert berikut ini :

Teaching kids to count is fine, but teaching them what counts is best

Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik

 

Dari kalimat tersebut, kita dapat memahami dengan jelas bahwa Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses yang sistematis dan terencana, Pendidikan bukan hanya mengajarkan peserta didik tentang suatu teori, namun juga bagaimana semua teori tersebut dapat diimplementasikan menjadi bagian dari perilaku dan karakter mereka sebagai manusia seutuhnya untuk dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup yang setinggi-tingginya.

Sebagai seorang pendidik, berarti kita harus siap dan mampu menjadi role mode bagi peserta didik dan linkungan sekitar kita baik dalam perkataan maupun tindakan, yang tercermin di dalam kehidupan keseharian kita. Kontribusi terbesar seorang pendidik bagi peserta didiknya adalah dengan mengambil keputusan yang berpihak pada peserta didik dengan berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan dan dapat di perbertanggungjawabkan. Kemampuan seorang guru dalam merancang suatu proses pembelajaran yang sesuai kebutuhan setiap peserta didiknya menjadi kunci dalam mewujudkan peserta didik yang berilmu, berbudaya, dan memiliki budi pekerti luhur.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel, yaitu :

Education is the art of making man ethical

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

 

Setelah memahmi kedua kalimat bijak tersebut, berikut adalah pemahaman saya mengenai materi pembelajaran pada modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin :

Kaitan antara Filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Patrap Triloka dengan Penerapan Pengambilan Keputusan sebagai Seorang Pemimpin

Dalam patrap triloka, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, dijabarkan bagaimana seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memberi teladan, memberikan bimbingan, semangat, dan motivasi, serta dorongan untuk kemajuan peserta didiknya. Dalam hal ini menunjukkan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa mengedepankan keberpihakan kepada peserta didik dalam mengambil suatu keputusan, mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan, dan dapat mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil. Hal ini pun harus senantiasa tercermin dalam perilaku keseharian guru, karena guru merupakan role mode bagi peserta didik.

Pengaruh Nilai-nilai yang tertanam dalam diri terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan

Sebagai seorang pendidik kita memiliki nilai-nilai kebijakan yang tertanam dalam diri kita sebagai bentuk integritas diri kita sebagai mahluk sosial yang berbudaya. Nilai-nilai tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mewarnai setiap keputusan yang kita ambil karena nilai-nilai tersebut merupakan acuan dasar dalam proses berpikir yang kita lakukan, Dengan nilai-nilai tersebut kita dapat memilah prinsip apa yang akan kita pergunakan ketika mengambil keputusan dengan mempertimbangkan keberpihakan terbesar pada peserta didik serta etika moral yang akan kita pertagungjawabkan.

Keterkaitan materi pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching oleh pendamping dan fasilitator dalam pengujian pengambilan keputusan

Keterampilan coaching merupakan keterampilan untuk menggali potensi seseorang sehingga orang tersebut dapat memecahkan masalahan yang dihadapinya. seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki keterampilan coaching, karena ompetensi inti coaching seperti kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dapat membantu seorang pemimpin pembelajaran untuk memahami secara mendalam kasus yang menjadi dilema sehingga dalam mengambil keputusan, ia melakukan analaisa yang tepat untuk menghasilkan suatu keputusan yang bertanggung jawab.

Kegiatan coaching yang dilakukan baik oleh pendamping maupun fasilitator selama proses pembelajaran, sukup efektif dalam melatih saya melakukan evaluasi terhadap pilihan yang saya buat dan membantu membentuk pemahaman tentang pengujian yang dilakukan sebelum melakukan pengambilam keputusan. Praktek coaching memberikan gambaran secara utuh bagaimana nilai-nilai kebajikan menjadi lantasan berpikir ketika mengambil suatu keputusan yang berpihak pada peserta didik sehingga tercipta budaya positif di lingkungan sekolah. Dengan coaching, guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat membantu coachee (peserta didik maupun rekan guru lainnya) menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya, memaksimalkan potensi mereka dalam mengambil keputusan yang tepat secara moral dan etika.

Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional nya terhadap pengambilan keputusan dalam masalah dilemma etika

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional nya berpengaruh kuat terhadap bagaimana guru tersebut berpikir untuk mengambil keputusan ketika dihadapkan pada dilemma etika. Keterampilan seorang guru dalam mengelola aspek sosial emosional nya menjadikan guru sebagai pendidik yang dapat mengambil sebuah keputusan secara sadar (mindfulness), dengan demikian keputusan tersebut merupakan keputusan yang dapat dipertanggungkawabkan.

Rasa empati yang berlebihan ataupun fanatisme terhadap aturan, akan mengaburkan penilaian seorang guru dalam mempertimbangkan kebenaran dari  masing-masing nilai kebijakan yang ada serta mengukur nilai keberpihakannya terhadap peserta didik. Keseimbangan antara kesadaran diri, kesadaran sosial, dan manajemen diri seorang guru akan mampu membantu guru dalam menetapakan prinsip dan paradigma yang sesuai untuk setiap kasus dilemma etika yang dihadapi.

Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik dalam pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika

Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menilai setiap kasus atau permasalahan yang dihadapi, apakah masalah tersebut merupakan suatu dilema etika, atau suatu bujukan moral. Ketika seorang pendidikan melakukan pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika, maka nilai-nilai yang ada pada dirinya akan semakin menguat dan terasah, sehingga ketika dihadapkan pada dilema etika, ia memiliki ketajaman analisa dalam penetapan paradigma dilema etika dan keakuratan dalam penggunaan prisip resolusi untuk penyelesaian dilema, yang berdasarkan pada 3 unsur, yaitu : berpihak pada peserta didik, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang timbul, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan relevan.  

Pengambilan keputusan yang tepat untuk terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman

Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran tentu akan berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Agar terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka sebelum suatu keputusan diambil, hendaknya mengenali dan mamahami karakteristik dari permasalahan yang dihadapi, lalu memngukur seberapa besar nilai-nilai kebajikan yang menjadi dilema tersebut berpihak pada peserta didik, kemudian gunakan prinsip etika moral dan sosial untuk melihat konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan ketika keputusan tersebut diambil. Dengan memeprhatikan hal-hal tersebut, maka kita dapat mengambil keputusan yang tepat.

Tantangan-tantangan di lingkungan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika, dan kaitannya dengan perubahan paradogma di lingkungan

Tantangan terbesar adalah bagaimana memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat terhadap keputusan yang diambil, karena setiap keputusan memiliki nilai pro dan kontra pada lingkungan. Tantangan akan semakin kompleks seiring dengan perubahan paradigma yang berkembang di lingkungan masyarakat. Keputusan yang awalnya merupakan solusi terbaik akan dipertanyakan, dan sebaliknya keputusan yang kontradiksi akan menjadi keputusan terbaik, ketika paradigma berpikir masyarakat mengalami perubahan. Namun demikian selama lingkungan mengalami perkembangan, perubahan akan selalu terjadi, dan setiap keputusan yang sudah di tetapkan sebelumnya, harus senantiasa direfleksi, disesuaikan kembali dengan prinsip-prinsip yang yang berkembang di lingkungan masyarakat.

Pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran yang memerdekakan peserta didik dan memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi peserta didik yang berbeda-beda

Pengambilan keputusan dengan pengajaran yang memerdekakan peserta didik tergambar dalam konsep merdeka belajar, dimana peserta didik memiliki kebebsan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagian sesuai minat dan potensi nya masing-masing tanpa adanya paksaan maupun tekanan. Ketika seorang guru mengambil suatu keputusan dengan mengedepankan keberpihakan pada peserta didik, maka guru telah memerdekanan peserta didiknya dalam belajar. guru berperan sebagai fasilitator untuk membimbing peserta didik mengembangkan bakad dan minat yang dimilikinya dengan penuh tanggung jawab.

Guru memetakan kebutuhan seluruh peserta didiknya untuk dapat merancang proses pembelajaran yang mengakomodir semua kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu cara yang ditempuh guru untuk memerdekakan peserta didiknya dan mengimplementasikan pembelajaran sosial-emosional dalam proses pembelajaran merupakan bentuk pendidikan dalam mengembangkan nilai-nilai moral.

Pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang mempengaruhi kehidupan atau masa depan peserta didik-peserta didiknya

Setiap keputusan yang diambil seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak kepada peserta didik baik itu dampak dalam jangka pendek maupun dalam jangka Panjang. Setiap tingkah laku, perbuatan, perkataan, yang dilakukan seorang guru dalam perannya sebagai role mode akan menjadi acuan bagi peserta didik ketika mereka terjun dalam lingkungan masyarakat saat ini dan di masa mendatang.

Dengan demikian maka hendaknya seorang pemimpin pembelajaran menerapkan sebilan Langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebelum menetapkan keputusan yang tepat, benar, dan bijak.

Kesimpulan akhir keterkaitan pembelajaran materi modul 3.1 dengan materi pada modul-modul sebelumnya

Pengambilan keputusan merupakan suatu skill (keterampilan) seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran yang dalam pengimplementasiannya tidak lepas dari filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Keputusan yang diambil guru secara sadar akan mewarnai pola pikir dan karakter peserta didik, karena setiap keputusan guru dalam proses pembelajaran dikelas didasarkan pada keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas dalam membangun budaya positif di kelas dan di lingkungan sekolah.

Pengambilan keputusan melalui pengujian dan penggunaan alur BAGJA akan mengantarkan pada terbentuknya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman (wellbeing). Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki kesadaran penuh (mindfulness) dan mampu mengelola kompetensi sosial-emosionalnya agar dapat membuat keputusan yang tepat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan.

Pemahaman tentang konsep-konsep yang telah dipelajari dalam modul ini, yaitu : dilemma etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan

Dalam peran kita sebagai pendidik, ketika menjalankan tupoksi, seringkali menghadapi suatu situasi dimana terdapat permasalahan yang harus kita selesaikan. permasalahan tersebut dapat berupa suatu bujukan moral, dimana kita dihadapkan pada suatu pilihan benar atau salah, dan berupa dilema etika, dimana kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama benar namun memeiliki nilai-nilai kebajikan yang bertentengan.

Dalam menghadapi dilemma etika terdapat 4 (empat) paradigma yang dapat  menjadi landasan berpikir dalam pengambilan  keputusan, yaitu :

a.      Individual vs community, paradigma ini menunjukkan adanya pilihan antara mengedepankan kepentingan individu atau kepentingan kelompok, kepentingan pribadi atau orang lain

b.     justice vs mercy, paradigma ini memperlihatkan ketika kita dihadapkan pada pilihan berlaku adil dengan memberikan perlakuan yang sama kepada semua orang atau memberikan pengecualian dengan alas an kemurahan hati dan kasih saying (belas kasih)

c.      truth vs loyalty, paradigma ini menunjukan adanya pilihan untuk mengatakan atau menyampaikan informasi sesuai fakta yang ada, atau menjunjung kesetiaan dan loyalitas pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya

d.     short term vs long term, paradigma ini terjadi ketika harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan dating

Paradigma mana yang menjadi landasan kita untuk mengabil suatu keputusan sangat tergantung pada prinsip berpikir yang kita gunakan untuk mengambil keputusan.

Terdapat 3 (tiga) prinsip resolusi yang dapat kita gunakan sebagai dasar pemikiran dalam mengambil suatu keputusan, yaitu :

a.      End based thinking, jika kita berpikir berbasis hasil akhir maka pilihan kita didasari pada keinginan untuk memberikan kebaikan terbesar untuk orang terbanyak, mengutamakan kepentingan institusi/lembaga

b.     Rule based thinking, berpikir berbasis aturan mengedepankan prinsip pada tugas dan kewajiban yang harus dijalankan, menjalankan sesuai peraturan yang berlaku atu yang telah ditetapkan sebelumnya

c.      Care based thinking, pengambilan keputusan berdasarkan berpikir berbasis rasa peduli berprinsip pada pendidikan etika, menumbuhkan rasa empati

Apapaun keputusan yang diambil berdasarkan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan ini adalah benar adanya, namun hendaknya dalam mengambil keputusan tetap mempertimbangkan 3 (tiga) unsur mendasar dalam pengambilan keputusan, yaitu : (1) keberpihakan pada peserta didik, (2) berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan (3) bertanggung-jawab terhadap segala konsekuensi yang menyertai keputusan yang diambil.

Untuk memastikan keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat, seorang pemimpin pembelajaran hendaknya melakukan pengujian terhadap keputusan yang diambil.

Terdapat 9 (Langkah) sistematis yang dapat digunakan untuk melakukan pengambilan dan pengujian suatu keputusan, yaitu :

a.      mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan pada kasus atau permasalahan yang terjadi

b.     menentukan siapa saja pihak yang terlibat dalam situasi permasalahan ini

c.      mengumpulkan fakta-fakta relevan dalam situasi permasalahan ini

d.     melakukan pengujian benar-salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola)

e.      pengujian paradigma benar lawan benar

f.       melakukan prinsip resolusi

g.     investigasi opsi trilema

h.     membuat keputusan

i.       melakukan refleksi atas keputusan yang dibuat

Ketika melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil, pemikiran dan paradigma yang mendasari keputusan tersebut dapat berubah, terutama ketika kita memikirkan kembali dan mengukur konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul terutama jika kita kembalikan lagi pada 3 (tiga) unsur pengambilan keputusan, berpihak pada peserta didik, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas segala konsekuensinya.

Penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilemma, dan perbedaannya dengan hal yang dipelajari dalam modul 3.1

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengalami situasi dilema, dan keputusan yang saya ambil saat itu berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan bersama (rule based thinking) dengan mempertimbangkan kebaikan jangka panjang bagi peserta didik (short term vs long term). Meskipun dalam pengambilan keputusan tersebut saya telah menggunakan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan, namun tahapan pengambilan dan pengujian keputusan belum dilaksanakan secara sistematis. Jika saat itu saya telah mempelajari modul 3.1 ini, maka mungkin akan munsul opsi trilema, pilihan ketiga yang menjadi jalan tengah untuk kasus dilema etika tersebut.

Dampak mempelajari konsep pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan bagi diri saya, dan perubahan cara pengambilan keputusan

Dampak yang saya rasakan adalah perubahan pada paradigma berpikir saya ketika menghadapi kasus ataupun permasalahan yang terjadi di kelas maupun di lingkungan sekolah. Pemahaman saya akan suatu keputusan yang tepat tidak lagi semata-mata pada kesesuaiannya dengan aturan dan regulasi yang berlaku. Keputusan yang tepat bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah keputusan yang berpihak pada murid, berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi yang menyertai keputusan tersebut.

Perubahan dalam pengambilan keputusan yang saya lakukan adalah aturan tidak lagi menjadi unsur utama, walaupun tetap menjadi bagian dari pertimbangan, tapi seberapa besar keputusan tersebut berpihak kepada murid lah yang utama dalam pengambilan keputusan. Sebelum saya menetapkan keputusan mana yang akan saya abil, saya semaksimal mungkin melakukan 9 (sembilan) tahapan pengambilan dan pengujian keputusan, karena bisa jadi dari refleksi yang dilakukan didapatkan pilihan ketiga, pilihan yang mungkin menjadi pilihan yang tepat dan memuaskan semua pihak yang terlibat

Pentingnya mempelajari topik modul 3.1 sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin.

Baik sebagai seorang individu maupun seorang pemimpin, mempelajari tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sangat penting dalam menjadikan diri kita sebagai manusia yang bermartabat.

Terlepas dari profesi kita sebagai seorang guru yang merupakan pemimpin pembelajaran, dalam kehidupan sehari-haripun kita tidak lepas dari permasalahan dilema etika ini, memahami pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, membantu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial kita lainnya. Dengan keterampilan pengambilan keputusan yang tepat ini, kita menjadikan lingkungan keluarga atau sosial kita menjadi lebih harmonis.

Sedangkan dalam profesi kita sebagai pemimpin pembelajaran, keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan ini menjadikan, kita sebagai pendidik yang lebih toleran, yang mampu menciptakan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik, memfasilitasi segala kebutuhan peserta didik , mendorong pengembangan potensi peserta didik, dan menjadikan pendidikan di sekolah sebagai sebuah institusi moral, dimana peserta didik akan tumbuh menjadi pribadi yang berilmu dan berbudaya, sehingga mampu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan yang setinggi-tingginya

Demikian pemahaman saya tentang pembelajaran pada Modul 3.1. Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dalam tugas Koneksi Antar Materi. Saya yakin semua ilmu yang saya pelajari selama proses PGP akan menjadikan saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran dan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, karena proses tidak pernah mengkhianati hasil.

Semoga pemahaman saya ini menjadikan rekan guru semu untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan Pendidikan Indonesia. Guru Bergerak Indonesia Maju.

 

SALAM  DAN BAHAGIA



Kota Bima, 14 Februari 2023

WIEDURI YULIANTI

SMK Negeri 3 Kota Bima

CGP Angkatan 6 Kota Bima NTB

 


5 komentar:

  1. Tulisan yang sangat bagus,bagaimana seharusnya seorang pemimpin mengambil sebuah kebijakan/keputusan dengan mempertimbangkan berbagai hal.Yang pasti endingnya semoga setiap keputusan seorang pemimpin lebih banyak memberikan manfaat bagi peserta didik,guru maupun tenaga kependidikan bukan untuk kalangan tertentu atau komunitas tertentu saja,dengan mempertimbangkan mudhorat yang akan timbul ketika membuat sebuah keputusan.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, tulisannya sangat memberikan inspirasi dan ini mengingatkan kembali kepada kita sebagai pendidik bahwa setiap keputusan yanng kita ambil akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid-murid kita, sehingga seorang pendidik tidak boleh asal-asalan mengambi kesimpulan, namun harus melalui langkah-langkah yang jelas

    BalasHapus
  3. Modul 3.1 ini memberikan banyak sekali pengetahuan dasar kita sebagai pemimpin, dan tulisan ini mengajak kita untuk merenungi kembali tugas dan tanggung jawab kita sebagai pendidik, baik itu di dalam kelas maupun di lingkungan sekitar kita

    BalasHapus
  4. Mantap sekali kaitan dengan materi pada modul sebelumnya bu wied, terimakasih sudah berbagi ilmu

    BalasHapus
  5. Luar biasa Bu wid,,,tulisan sangat mudah di pahami,terima kasih sudah berbagi

    BalasHapus

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog