BUDAYA POSITIF
By. Wieduri
Yulianti
Budaya positif
merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan
di sekolah. Budaya positif di kelas maupun
disekolah dapat tercipta dari lingkungan yang positif. Lingkungan positif tersebut
merupakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk
belajar, membuat kesalahan, belajar kembali hingga mendapatkan suatu
pembelajaran.
Lingkungan
belajar yang positif (nyaman dan kondusif) memberikan pengaruh yang sangat
besar bagi keberhasilan proses pembelajaran selain dari faktor pengajar dan
pembelajar.
Bagaimana
menciptakan lingkungan belajar yang positif di kelas dan/atau di sekolah?
Guru merupakan individu yang memiliki waktu interaksi terbesar dengan peserta didik di sekolah, hal-hal yang perlu dilakukan dan dikembangkan oleh guru untuk membentuk lingkungan belajar yang aman nyaman, aman, dan kondusif diantara adalah sebagai berikut:
1. Merubah paradigma stimulus respon
Guru harus merubah cara berindak dalam menerapkan disiplin di lingkungan kelas dan/atau sekolah, merubah hukuman menjadi konsekuensi dan/atau restitusi. Hukuman tidak adan Memberikan perubahan yang bersifat tetap atau bertahan lama, hukuman hanya akan Memberikan perubahan sikap dan perilaku peserta didik saat pemberian hukuman tersebut dilakukan. Dengan menerapkan Kensekuensi dan/atau restitusi, guru akan membantu peserta didik untuk memahami tindakan yang dilakukan sehingga dengan kesadarannya sendiri akan terbentuk identitas sukses pada diri peserta didik
2. Membangun disiplin positif
Guru harus mampu menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri peserta didik. Disiplin positif ini akan tumbuh jika peserta didik memiliki kesadaran untuk menghargai dirinya sendiri, dan senantiasa berusaha untuk menjadi orang yang mereka inginkan dengan nilai-nilai yang mereka percayai.
3. Membentuk keyakinan kelas
Hal mendasar agar lingkungan kelas nyaman dan kondusif, maka guru perlu memfasilitasi pembentukan keyakinan kelas yang berakar dari pikiran-pikiran/ kehendak peserta didik yang disepakati bersama-sama. Peserta didik akan lebih menghargai dan mentaati peraturan yang mereka tetapkan sendiri.
4. Merubah posisi kontrol guru
Selama ini, tanpa kita sadarai sebagai guru kita telah melakukan control terhadap peserta didik kita dengan tujuan yang baik namun ternyata memberikan efek negatif yang berkepanjangab. Seringkali kita Memberikan penghukuman kepada peserta didik yang melanggar/tidak mentaati aturan tanpa terlebih dahulu mengkonfirmasi penyebab tindakan tersebut. Agar tercipta lingkungan yang positif, maka dalam mengatasi Tindakan peserta didik, guru hendaknya mulai meninggalkan bentuk kontrol penghukum dan pembuat merasa bersalah. Mulailah melakukan control kepada peserta didik dalam posisi teman, pemantau, dan/atau manajer. Posisi control tertinggi yang dapat dicapai guru adalah sebagai manajer, dalam posisi ini guru akan mempersilahkan peserta didik untuk menyadari kesalahan, mempertanggungjawabkan perilakunya dan mencari solusinya.
5. Melaksanakan segitiga restitusi
Guru harus mampu menjalankan restitusi, menciptakan
kondisi bagi peserta didik untuk memperkaiki kesalahan dan mendapatkan
pembelajaran dari kesalahan tersebut. dalam melaksanakan restitusi, guru
melaksanakan Langkah-langkah berikut :
1) menstabilkan identitas, pada tahap ini guru memberikan
keyakinan kepada peserta didik, bahwa setiap orang akan melakukan hal baik yang
bisa dilakukan
2) memvalidasi tindakan yang salah, pada tahap ini guru memberikan
penguatan positif, bahwa semua tindakan/perilaku memiliki alasan
3) Menanyakan keyakinan, pada tahap ini guru menyakan
kepada peserta didik bahwa mereka memiliki motivasi internal, motivasi untuk menjadi
apa yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang mereka hargai.
Membangun budaya
positif di kelas dan/atau sekolah bukan merupakan hal yang mudah, namun bukan
berarti hal yang mustahil untuk diwujudkan. Untuk itu membentuk dan/atai
menumbuhkan karakter baik pada diri peserta didik tidak dapat dalikan oleh guru
secara personal. Guru membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, kepala sekolah,
rekan sejawat, tenaga kependidikan, bahkan orang tua peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Agar karakter baik tersebut menjadi budaya, maka perlu
dibangun pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Guru harus
senantiasa menjadi teladan karakter baik bagi peserta didik, memfasilitasi
keberlangsungan karakter baik tersebut, dan mendorong pembentukan/penumbuhan
karakter baik pada diri peserta didik.
Berikut adalah salah
satu bentuk implementasi budaya positif di kelas, yaitu membentuk keyakinan
kelas :
Gambar 1.
Peserta didik mengungkapkan pendapat aapa yang diinginkan
Gambar 2. Guru
Meninjau pendapat peserta didik, dan mengelompokkannya
Gambar 3. Sosialilasi
Kesepakan dan Keyakinan Kelas
(a) (b)
Gambar 4. Budaya
Positif (a) Berpakaian Rapi (b) Ruang
Kelas yang bersih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar