DEMONTRASI KONTEKTUAL
MODUL 3.1, PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
oleh :
Wieduri Yulianti
SMKN 3 Kota Bima
CGP Angkatan 6 Kota Bima
Demontarsi Kontekstual Modul 3.1,
menugaskan kepada CGP untuk melakukan Analisa bagaimana seorang pimpinan
(Kepala Sekolah) mengambil suatu keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Sebagai narasumber dalam Analisa ini, direncanakan
dilakukan wawancara kepada 2 kepala sekolah SMK Negeri di Kota Bima, yaitu
Bapak Jainudin, S.Pd (Kepala SMKN 3 Kota Bima), dan Bapak Abdul Hami,
S.Pt.,M.Pd (Kepala SMKPPN Bima), Namun karena saat mengunjungi SMKPPN Bima,
bapak Abdul Hamid, S.Pt.,M.Pd sedang Dinas Luar, dan keterbatasan waktu
penyelesaian tugas ini, maka narasumber kedua digantikan oleh Bapak Bambang
Setiawan, M.Pd (Waka Ur. Kurikulum SMKPPN Bima). Bapak Bambang Setiawan, M.Pd
saat ini juga merupakan Ketua IGI Kota Bima dan pernah menjadi Kepala Sekolah
di SMKN 1 Sanggar Kabupaten Bima (2018-2020)
HASIL WAWANCARA
Berikut adalah rangkuman dari hasil
wawancara yang dilakukan :
1. Hasil
Wawancara CGP dengan Bapak Jainudidin, S.Pd (Kepala SMKN 3 Kota Bima)
Sebagai pimpinan, bapak
Jainuddin mengidentifikasi permasalahan dengan melakukan komunikasi secara
intens pada pihak-pihak yang terlibat didalamnya untuk mencari akar
permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan beliau agar keputusan yang akan
diambilnya nanti sebisa mungkin tidak merugikan pihak manapun.
Terhadap permasalahan yang
merupakan dilemma etika, dimana keduanya sama-sama mengandung nilai kebajikan
dan benar, bapak Jainuddin mengambil keputusan dengan mengedepankan pada
Regulasi dan Aturan yang ada di dalam Lembaga. Selain itu, beliau juga
melakukan koordinasi secara langsung dengan pipinan yang terkait .
Dalam mengambil suatu
keputusan, hal pertama yang menjadi pertimbangan bapak Jainuddin adalah Etika,
baik itu etika moral maupun sosial, dan selanjutnya memperhatikan regulasi yang
berlaku, hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya pendapat adanya
keberpihakan pada orang atau kelompok tertentu.
Menurut bapak Jainuddin, ketika
dihadapkan pada kasus dilemma etika, melakukan komunikasi dan koordinasi
menjadi solusi yang efektif, dan tantangan terbesar adalah bagaimana loyalitas
kita terhadap pimpinan tidak bertentangan dengan regulasi yang berlaku di dalam
Lembaga.
Sebagai seorang pemimpin, bapak
Jainuddin merupakan sosok yang fleksibel dalam mengatasi permasalahan yang
terjadi di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Meskipun SMKN 3 Kota Bima
setiap bulan secara rutin melakukan rapat evaluasi dan koordinasi, namun
apabila terdapat masalah yang sifatnya urgensi atau mendesak, maka tanpa ragu
beliau akan segara melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat dan
melakukan koordinasi dengan pimpinan terkait, untuk sesegera mungkin menemukan
solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi. Karena menurut beliau menunda
berarti memberi peluang untuk hadirnya permasalahan baru.
Selama menjadi pimpinan di SMKN
3 Kota Bima, dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi dengan jenis
dan tingkat kesulitan yang beragam, Bapak Jainuddin menjadikan komunikasi yang
efektif dengan seluruh warga sekolah sebagai faktor penting yang dapat
membantunya dalam mengambil suatu keputusan secara bijak, dan dengan tetap
bersikap sabar terhadap pro-kontra yang timbul dari keputusan yang diambilnya.
Belaui menyadari bahwa setiap keputusan yang diambilnya mempunyai resikonya
masing-masing.
2. Hasil
Wawancara CGP dengan Bapak Bambang Setiawan, M.Pd (Waka Ur. Kurikulum SMKNPPN
Bima)
Bapak Bambang Setiawan, menyatakan bahwa
hal utama yang dilakukan dalam mengidentifikasi sebuah kasus sebagai dilema etika
adalah dengan melihat dampak yang ditimbulkan atau dirasakan, jika banyak pihak
yang merasakan dampak negatifnya, maka kasus tersebut dapat dikategorikan
sebagai dilema.
Pengambilan keputusan di sekolah untuk kasus dengan dua kepentingan yang
sama-sama benar, dilakukan oleh bapak Bambang melalui diskusi dan musyawarah
tanpa pengambilan keputusan sepihak, dan disertakan juga Analisa pada
pelaksanaan maupun pada dampak yang akan ditimbulkan.
Prosedur yang biasa dilakukan oleh bapak Bambang dalam mengambil suatu
keputusan, yang pertama adalah melibatkan unit-unit kerja yang ada disekolah
untuk berdiskusi terkait alternatif pemecahan masalah yang dimungkinkan, kemudia
Langkah kedua menganalisa berbagai resiko yang akan muncul dari setiap
alternatif pemecahan masalah, dan yang ketiga adalah segera mengadakan rapat
guna mendapatkan masukan dari warga sekolah sebagai bahan pertimbangan.
Menurut pak Bambang hal paling efektif dalam pengambilan keputusan
adalah dengan melibatkan warga sekolah, sehingga kegagalan dan kesuksesan yang
terjadi sebagai dampak keputusan yang diambil menjadi tanggung jawab Bersama seluruh
warga sekolah. Dan tantang terbesar yang dihadapi pak Bambang dalam pengambilan
keputusan adalah adanya perbedaan pendapat dari warga sekolah dan sulitnya
menyatukan pandangan warga sekolah terhadap kasus dilema yang terjadi.
Penyelesaain permasalahan di SMKPPN Bima dilakukan melalui sebuah pola
berjenjang dengan jadwal yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan bentuk
kasus yang dihadapi. Pola berjenjang yang dimaksud oleh pak Bambang disini
adalah sesuai dengan bidang dan unit kerja yang ada disekolah. Sebagai contoh,
jika kasus berhubungan dengan bidang akademik, maka pola penanganannya
diserahkan pada tim pokja Kurikulum. Tim kerja yang solid menjadi factor utama
keberhasilan penanganan kasus yang dihadapi oleh sekolah.
Berdasarkan pengalaman yang dialui sejak menjadi guru, kemudian menjadi
kepala sekolah, dan kembali menjadi guru dengan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala
sekolah Ur. Kurikulum, pak Bambang menyadari bahwa perbedaan pandangan adalah
sebuah kewajaran, kita tidak perlu melihat perbedaan tersebut sebagai hambatan,
karena seyogyanya dengan perbedaan akan menghasilkan tim kerja yang Tangguh.
ANALISA DAN REFELKSI
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap 2 pimpinan tersebut, saya mendapatkan bahwa baik Bapak Jainuddin,
maupun bapak Bambang Setiawan, telah menggeluti dunia Pendidikan selama lebih
dari 20 tahun, dan hal menarik dari kegiatan wawancara tersebut adalah
bagaimana keduanya menyikapi kegiatan wawancara ini sebagai suatu bentuk
refleksi diri mereke dalam kapasitas nya sebagai pemimpin,
Dalam menyikapi permasalahan atau
kasus-kasus dilema etika, terdapat perbedaan cara pandang yang sinifikant,
dimana pak Jainuddin merupakan sosok pemimpin yang praktis, bertindak cepat, sedangkan
pak Bambang merupakan sosok pemimpin yang pemikir, mempertimbangkan segala
kemungkinan dan resiko sebelum bertindak, dan selalu memiliki “plan B”
atau rencana cadangan.
Dalam mengambil keputusan, pak Jainuddin
lebih menekankan berpikir berbasis peraturan, dimana nilai-nilai kebajikan yang
menjadi dilema berada pada paradigma rasa keadialan – rasa kasihan, dan kebenaran – kesetiaan, sedangkan
pak Bambang lebih menekankan berpikir berbasis hasil akhir. dimana nilai-nilai
kebajikan yang mejadi dilema terutama pada paradigma individu – kelompok, dan
jangka pendek – jangka Panjang. Namun keduanya sama-sama mempertimbangkan keberpihakan kepada murid
sebagai dasar pemikiran yang utama.
Secara tidak langsung dapat terlihat bahwa
baik pak Jainuddin, maupun pak Bambang dalam mengambil keputusan akan tetap
menjadikan keberpihakan pada murid sebagai dasar pertimbangan yang utama dan
menyadari bahwa setiap keputusan yang diambil selalu akan menghasilkan
pemikiran maupun pandangan yang berbeda dengan kompleksitas konsekuensinya
masing-masing, namun melalui berbagai pertimbangan, analisa, dan refleksi,
semuanya dapat dipertangungjawabkan.
Berdasarkan hasil analisa wawancara yang telah
saya lakukan, ketika saya mengalami dilemma etika, saya memantapkan hati Memberikan
kesadaran penuh pada diri saya bahwa perbedaan, pro-kontra selalu ada, sehingga
ketika saya harus mengambil keputusan terbaik, secara pasti saya akan mengikuti
9 langkah pengujian dan berpikir berbasis pada situasi dan kondisi. Hal ini
akan saya awali dari pelaksanaan tupoksi saya sebagai seorang guru yang akan
mendidik moralitas murid-murid saya, kemudian kepada kolega guru sebagai
pemimpin pembelajar dalam suatu komunitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar