Breaking News

Senin, 13 Februari 2023

Demontrasi Kontekstual Modul 3.1

 

DEMONTRASI KONTEKTUAL

MODUL 3.1, PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 

oleh :

Wieduri Yulianti

SMKN 3 Kota Bima

CGP Angkatan 6 Kota Bima

 

 

Demontarsi Kontekstual Modul 3.1, menugaskan kepada CGP untuk melakukan Analisa bagaimana seorang pimpinan (Kepala Sekolah) mengambil suatu keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

Sebagai narasumber dalam Analisa ini, direncanakan dilakukan wawancara kepada 2 kepala sekolah SMK Negeri di Kota Bima, yaitu Bapak Jainudin, S.Pd (Kepala SMKN 3 Kota Bima), dan Bapak Abdul Hami, S.Pt.,M.Pd (Kepala SMKPPN Bima), Namun karena saat mengunjungi SMKPPN Bima, bapak Abdul Hamid, S.Pt.,M.Pd sedang Dinas Luar, dan keterbatasan waktu penyelesaian tugas ini, maka narasumber kedua digantikan oleh Bapak Bambang Setiawan, M.Pd (Waka Ur. Kurikulum SMKPPN Bima). Bapak Bambang Setiawan, M.Pd saat ini juga merupakan Ketua IGI Kota Bima dan pernah menjadi Kepala Sekolah di SMKN 1 Sanggar Kabupaten Bima (2018-2020)

 

HASIL WAWANCARA

Berikut adalah rangkuman dari hasil wawancara yang dilakukan :

1.      Hasil Wawancara CGP dengan Bapak Jainudidin, S.Pd (Kepala SMKN 3 Kota Bima)

Sebagai pimpinan, bapak Jainuddin mengidentifikasi permasalahan dengan melakukan komunikasi secara intens pada pihak-pihak yang terlibat didalamnya untuk mencari akar permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan beliau agar keputusan yang akan diambilnya nanti sebisa mungkin tidak merugikan pihak manapun.

Terhadap permasalahan yang merupakan dilemma etika, dimana keduanya sama-sama mengandung nilai kebajikan dan benar, bapak Jainuddin mengambil keputusan dengan mengedepankan pada Regulasi dan Aturan yang ada di dalam Lembaga. Selain itu, beliau juga melakukan koordinasi secara langsung dengan pipinan yang terkait .

Dalam mengambil suatu keputusan, hal pertama yang menjadi pertimbangan bapak Jainuddin adalah Etika, baik itu etika moral maupun sosial, dan selanjutnya memperhatikan regulasi yang berlaku, hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya pendapat adanya keberpihakan pada orang atau kelompok tertentu.

Menurut bapak Jainuddin, ketika dihadapkan pada kasus dilemma etika, melakukan komunikasi dan koordinasi menjadi solusi yang efektif, dan tantangan terbesar adalah bagaimana loyalitas kita terhadap pimpinan tidak bertentangan dengan regulasi yang berlaku di dalam Lembaga.

Sebagai seorang pemimpin, bapak Jainuddin merupakan sosok yang fleksibel dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Meskipun SMKN 3 Kota Bima setiap bulan secara rutin melakukan rapat evaluasi dan koordinasi, namun apabila terdapat masalah yang sifatnya urgensi atau mendesak, maka tanpa ragu beliau akan segara melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat dan melakukan koordinasi dengan pimpinan terkait, untuk sesegera mungkin menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi. Karena menurut beliau menunda berarti memberi peluang untuk hadirnya permasalahan baru.

Selama menjadi pimpinan di SMKN 3 Kota Bima, dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi dengan jenis dan tingkat kesulitan yang beragam, Bapak Jainuddin menjadikan komunikasi yang efektif dengan seluruh warga sekolah sebagai faktor penting yang dapat membantunya dalam mengambil suatu keputusan secara bijak, dan dengan tetap bersikap sabar terhadap pro-kontra yang timbul dari keputusan yang diambilnya. Belaui menyadari bahwa setiap keputusan yang diambilnya mempunyai resikonya masing-masing.

2.     Hasil Wawancara CGP dengan Bapak Bambang Setiawan, M.Pd (Waka Ur. Kurikulum SMKNPPN Bima)

Bapak Bambang Setiawan, menyatakan bahwa hal utama yang dilakukan dalam mengidentifikasi sebuah kasus sebagai dilema etika adalah dengan melihat dampak yang ditimbulkan atau dirasakan, jika banyak pihak yang merasakan dampak negatifnya, maka kasus tersebut dapat dikategorikan sebagai dilema.

Pengambilan keputusan di sekolah untuk kasus dengan dua kepentingan yang sama-sama benar, dilakukan oleh bapak Bambang melalui diskusi dan musyawarah tanpa pengambilan keputusan sepihak, dan disertakan juga Analisa pada pelaksanaan maupun pada dampak yang akan ditimbulkan.

Prosedur yang biasa dilakukan oleh bapak Bambang dalam mengambil suatu keputusan, yang pertama adalah melibatkan unit-unit kerja yang ada disekolah untuk berdiskusi terkait alternatif pemecahan masalah yang dimungkinkan, kemudia Langkah kedua menganalisa berbagai resiko yang akan muncul dari setiap alternatif pemecahan masalah, dan yang ketiga adalah segera mengadakan rapat guna mendapatkan masukan dari warga sekolah sebagai bahan pertimbangan.

Menurut pak Bambang hal paling efektif dalam pengambilan keputusan adalah dengan melibatkan warga sekolah, sehingga kegagalan dan kesuksesan yang terjadi sebagai dampak keputusan yang diambil menjadi tanggung jawab Bersama seluruh warga sekolah. Dan tantang terbesar yang dihadapi pak Bambang dalam pengambilan keputusan adalah adanya perbedaan pendapat dari warga sekolah dan sulitnya menyatukan pandangan warga sekolah terhadap kasus dilema yang terjadi.

Penyelesaain permasalahan di SMKPPN Bima dilakukan melalui sebuah pola berjenjang dengan jadwal yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan bentuk kasus yang dihadapi. Pola berjenjang yang dimaksud oleh pak Bambang disini adalah sesuai dengan bidang dan unit kerja yang ada disekolah. Sebagai contoh, jika kasus berhubungan dengan bidang akademik, maka pola penanganannya diserahkan pada tim pokja Kurikulum. Tim kerja yang solid menjadi factor utama keberhasilan penanganan kasus yang dihadapi oleh sekolah.

Berdasarkan pengalaman yang dialui sejak menjadi guru, kemudian menjadi kepala sekolah, dan kembali menjadi guru dengan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala sekolah Ur. Kurikulum, pak Bambang menyadari bahwa perbedaan pandangan adalah sebuah kewajaran, kita tidak perlu melihat perbedaan tersebut sebagai hambatan, karena seyogyanya dengan perbedaan akan menghasilkan tim kerja yang Tangguh.

 

ANALISA DAN REFELKSI

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 2 pimpinan tersebut, saya mendapatkan bahwa baik Bapak Jainuddin, maupun bapak Bambang Setiawan, telah menggeluti dunia Pendidikan selama lebih dari 20 tahun, dan hal menarik dari kegiatan wawancara tersebut adalah bagaimana keduanya menyikapi kegiatan wawancara ini sebagai suatu bentuk refleksi diri mereke dalam kapasitas nya sebagai pemimpin,

Dalam menyikapi permasalahan atau kasus-kasus dilema etika, terdapat perbedaan cara pandang yang sinifikant, dimana pak Jainuddin merupakan sosok pemimpin yang praktis, bertindak cepat, sedangkan pak Bambang merupakan sosok pemimpin yang pemikir, mempertimbangkan segala kemungkinan dan resiko sebelum bertindak, dan selalu memiliki “plan B” atau rencana cadangan.

Dalam mengambil keputusan, pak Jainuddin lebih menekankan berpikir berbasis peraturan, dimana nilai-nilai kebajikan yang menjadi dilema berada pada paradigma rasa keadialan rasa kasihan, dan kebenaran kesetiaan, sedangkan pak Bambang lebih menekankan berpikir berbasis hasil akhir. dimana nilai-nilai kebajikan yang mejadi dilema terutama pada paradigma individu kelompok, dan jangka pendek jangka Panjang. Namun keduanya sama-sama  mempertimbangkan keberpihakan kepada murid sebagai dasar pemikiran yang utama.

Secara tidak langsung dapat terlihat bahwa baik pak Jainuddin, maupun pak Bambang dalam mengambil keputusan akan tetap menjadikan keberpihakan pada murid sebagai dasar pertimbangan yang utama dan menyadari bahwa setiap keputusan yang diambil selalu akan menghasilkan pemikiran maupun pandangan yang berbeda dengan kompleksitas konsekuensinya masing-masing, namun melalui berbagai pertimbangan, analisa, dan refleksi, semuanya dapat dipertangungjawabkan.

Berdasarkan hasil analisa wawancara yang telah saya lakukan, ketika saya mengalami dilemma etika, saya memantapkan hati Memberikan kesadaran penuh pada diri saya bahwa perbedaan, pro-kontra selalu ada, sehingga ketika saya harus mengambil keputusan terbaik, secara pasti saya akan mengikuti 9 langkah pengujian dan berpikir berbasis pada situasi dan kondisi. Hal ini akan saya awali dari pelaksanaan tupoksi saya sebagai seorang guru yang akan mendidik moralitas murid-murid saya, kemudian kepada kolega guru sebagai pemimpin pembelajar dalam suatu komunitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog